PERISTIWA

Dampak Virus PMK, Harga Sapi di Situbondo Anjlok

Situbondo – Penyebaran virus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, telah menyebabkan penurunan harga sapi secara signifikan. Hingga pekan pertama Januari 2025, tercatat sebanyak 210 ekor sapi di Situbondo terindikasi terpapar virus PMK, dengan 43 ekor di antaranya mati.

Penurunan harga sapi di Pasar Hewan Sabtoan, Desa Sumberkolak, Kecamatan Panarukan, berkisar antara Rp2.000.000 hingga Rp5.000.000 per ekor. Sebelum adanya virus PMK, harga sapi mencapai Rp20 juta per ekor, namun kini turun menjadi Rp15 juta hingga Rp17 juta.

Harga sapi di pasar hewan terbesar di Situbondo ini sudah terjadi sejak sebulan lalu seiring dengan peningkatan persebaran virus penyakit mulut dan kuku. Mengenai penutupan sementara operasional pasar hewan di Situbondo yang akan dimulai pekan depan, Rolis, salah seorang pedagang sapi mengaku sudah mendapatkan informasi itu.

“Sebenarnya kami keberatan ditutupnya pasar hewan, karena pekerjaan kami jual beli sapi di pasar hewan. Tetapi kalau memang menjadi kebijakan pemerintah agar tidak semakin meluas virus PMK tidak apa-apa,” ujarnya.

Pemerintah Kabupaten Situbondo telah mengumumkan penutupan sementara aktivitas jual beli di tiga pasar hewan selama 21 hari, mulai 13 Januari hingga 2 Februari 2025, untuk menekan penyebaran virus PMK. Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Situbondo, Achmad Junaidi, menyatakan bahwa langkah ini diambil sesuai dengan Surat Edaran Menteri Pertanian mengenai kewaspadaan dini peningkatan kasus penyakit hewan menular strategis (PHMS).

Menurut dia, kajian epidemiologi pejabat otoritas veteriner Provinsi Jawa Timur dan rekomendasi pejabat otoritas veteriner serta berdasarkan perkembangan kasus PMK di beberapa wilayah di Situbondo telah terjadi peningkatan kasus PMK. Sehingga, perlu dilakukan peningkatan kewaspadaan dini terhadap potensi penularan virus PMK serta dilakukan upaya meminimalisir risiko potensi meluasnya PMK pada terna sapi di Situbondo.

Dengan adanya penutupan pasar hewan ini, diharapkan penyebaran virus PMK dapat dikendalikan dan harga sapi kembali stabil.

(abi)

Nur Abidah

Recent Posts

Bahaya Limbah B3, Perhutani Nganjuk Sosialisasikan Kepada LMDH dan Pesanggem

NGANJUK, Jatim.News -- Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Nganjuk menggelar Sosialisasi Pengelolaan Bahan Berbahaya dan…

4 hari ago

Kerjasama Borong Tanam Antara Perhutani Nganjuk dengan LMDH Jati Unggul

NGANJUK, Jatim.News -- Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Nganjuk menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) Borong…

4 hari ago

Perhutani dan Kejari Nganjuk Teken PKS Bidang Hukum Perdata dan Tata Usaha

NGANJUK, Jatim.News -- Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Nganjuk bersama Kejaksaan Negeri Nganjuk resmi menandatangani…

4 hari ago

Perhutani Bersama BPBD Nganjuk Gelar FGD Susun Indek Ketahanan

NGANJUK, Jatim.News -- Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Nganjuk berpartisipasi dalam kegiatan Focus Group Discussion…

1 minggu ago

Perhutani Nganjuk Bersama Karim Group Survey Lapangan Kembangkan Ekowisata

NGANJUK, Jatim.News -- Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Nganjuk bersama M. Burhanul Karim Pengusaha Muda…

1 minggu ago

Mahasiswa UPNVJT Ciptakan Teknologi Kombinasi Press Molding dan Dehydrator Package untuk Membantu UMKM Terasi Qonjamadu Meningkatkan Efisiensi dan Higienitas Produksi

Surabaya, Jatim.News – Lima mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur (UPNVJT) mengembangkan inovasi teknologi…

1 minggu ago