Situbondo – Dinas Kesehatan Jawa Timur (Dinkes Jatim) memberikan klarifikasi terkait kekhawatiran masyarakat atas laporan bahwa 27 siswa di Situbondo di duga terpapar penyakit Monkeypox (MPOX). Setelah melakukan pemeriksaan lebih lanjut, Din kes Jatim memastikan bahwa para siswa tersebut hanya mengalami cacar air, bukan MPOX seperti yang sempat ramai di bicarakan.
Kepala Dinkes Jatim, Erwin Astha Triyono, menegaskan bahwa gejala yang di alami para siswa memang mirip dengan cacar monyet, namun hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa mereka hanya menderita cacar air. “Kami telah melakukan penelusuran medis dan memastikan bahwa ini bukan kasus MPOX. Ini adalah cacar air biasa yang sudah sering terjadi pada anak-anak, terutama di lingkungan sekolah,” ujar Erwin.
Ia menjelaskan bahwa cacar air di tandai dengan munculnya ruam-ruam merah dan bentol-bentol kecil yang berisi cairan di kulit. Penyakit ini juga di sertai demam, namun secara umum tidak berbahaya jika di tangani dengan baik. “Para siswa sudah di berikan penanganan medis yang sesuai, dan mereka kini dalam tahap pemulihan,” tambahnya.
“Gejala cacar air berbeda dengan Mpox, kalau Mpox gejalanya berupa ruam dengan lepuhan pada wajah, tangan, kaki, mata, mulut dan/atau alat kelamin, demam, sakit kepala, pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau selangkangan serta nyeri otot dan lemas.” terangnya.
Kekhawatiran sempat melanda warga sekitar setelah informasi tentang dugaan MPOX menyebar di media sosial. Beberapa orang tua murid merasa khawatir dan mendesak pihak sekolah untuk menutup sementara kegiatan belajar mengajar. Namun, setelah klarifikasi, situasi mulai mereda. Sekolah memutuskan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran secara daring bagi siswa-siswa yang terjangkit cacar air dan mencegah penularan lebih lanjut.
“Kami meminta warga untuk tetap tenang dan tidak langsung menyimpulkan informasi yang beredar tanpa konfirmasi dari pihak berwenang. MPOX sendiri sangat jarang di temukan, terutama di wilayah kami,” jelas Erwin.
(abi)