Bangga! Isnawati Hidayah, Peneliti Muda Indonesia, Berprestasi di Ajang Pangan Dunia

Isnawati Hidayah, seorang peneliti muda asal Indonesia yang mendapatkan penghargaan Top Agri-food Pioneers (TAP) yang dirilis oleh World Food Prize Foundation. (Foto: istimewa)
Isnawati Hidayah, seorang peneliti muda asal Indonesia yang mendapatkan penghargaan Top Agri-food Pioneers (TAP) yang dirilis oleh World Food Prize Foundation. (Foto: istimewa)

Jatim.news – Isnawati Hidayah, seorang peneliti muda asal Indonesia, berhasil meraih penghargaan internasional di bidang ketahanan pangan. Ia masuk dalam daftar perdana Top Agri-food Pioneers (TAP) yang di rilis oleh World Food Prize Foundation. Daftar ini mencakup 38 pionir dari 20 negara yang di akui atas kontribusi mereka dalam bidang pangan dan pertanian.

Isnawati di pilih karena dedikasinya dalam riset ketahanan pangan dan nutrisi, serta inspirasinya bagi pemuda di Indonesia. Ia di undang ke Borlaug Dialogue 2024 di Des Moines, Iowa, Amerika Serikat, yang di danai oleh World Food Forum dari FAO PBB. Dalam acara tersebut, Isnawati bertemu dengan tokoh dunia, akademisi, dan pengusaha di bidang pangan, menunjukkan bagaimana kerja keras dan ketekunan dapat mengantarkan pemuda Indonesia ke panggung internasional.

Selanjutnya, Isnawati, yang berasal dari Salatiga dan kini berdomisili di Kabupaten Blitar, telah menempuh perjalanan akademik yang panjang. Setelah menyelesaikan pendidikan master di Wageningen University and Research, Belanda, ia kini menjalani studi gabungan PhD di bidang Ekonomi di Sapienza University of Rome dan Kesehatan Masyarakat di Leiden University Medical Center. Penelitiannya berfokus pada isu keamanan pangan dan malnutrisi, dengan tujuan jangka panjang meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui ketahanan pangan.

Bacaan Lainnya

Selain itu, Isnawati mendirikan ROTASI Institute, sebuah lembaga riset independen yang berfokus pada pemberdayaan pemuda dan masyarakat pedesaan. Bersama suaminya, Muhammad Syamsu Rizaludin, Isnawati berkomitmen mendorong kolaborasi lintas disiplin untuk membangun sistem pangan berkelanjutan.

(Abi)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *