Bali Sedang Dijajah?

bali
Wisatawan asing yang ada di Bali. (istimewa)

OPINI, Jatim.News — Bali adalah wisata yang populer yang ada di Indonesia. Bahkan pada 2023 lalu, dinobatkan sebagai pulau terbaik di dunia oleh Travel and Leisure. Selain itu juga dinobatkan sebagai destinasi wisata terbaik di dunia oleh DestinAsian Readers’ Choice Awards, dengan memperoleh predikat The Best Island.

Karena menjadi tujuan wisata favorit di dunia, tentu banyak warga lokal bahkan asing yang mengunjungi Bali setiap harinya. Banyaknya wisatawan asing tentu menambah devisa juga perekonomian bagi negara. 

Namun perlu diingat bahwa industri pariwisata juga memiliki dampak negatif, seperti masalah lingkungan, over tourism dan kesenjangan sosial. Masalah tersebut dapat dilihat dari banyaknya narasi yang berbunyi “Bali sedang dijajah”.

Bacaan Lainnya

Narasi itu muncul karena banyaknya keluhan masyarakat yang muncul akibat perubahan yang terjadi. Bali yang dahulu asri dan tenang, kini berubah menjadi padat dan penuh kericuhan

Tentu saja narasi tersebut ditolak oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf RI), Sandiaga Uno. Justru, ia menyebut Bali diramaikan oleh WNA karena selalu menjadi target utama para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Bali memiliki keunggulan berupa wisata berbasis budaya, keindahan alam, hingga keramahan penduduk setempat.

Selain Sandiaga Uno, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun turut menegaskan bahwa tidak sedang “dijajah” oleh WNA.

“Bali ini tidak seperti yang dikatakan, yaitu dijajah. Namun, istilah-istilahnya sering kali muncul, hanya istilah,” kata Tjok Bagus dalam Weekly Brief with Sandi Uno, Senin (27/5/2024). 

Namun apakah itu benar?

Para wisatawan WNA kini memenuhi Bali, dan tak sedikit dari mereka yang melanggar aturan lalu lintas, merusak fasilitas, tidak beretika hingga berbisnis ilegal. Hal itu dapat kita lihat dari hampir setiap hari muncul pertikaian yang melibatkan para turis asing. Walau masalah yang diperebutkan kecil, namun tetap tidak baik jika terjadi terus-menerus. 

Selain pertikaian, kini mulai maraknya bisnis yang dijalankan oleh WNA di negara kita, namun mereka hanya men support dan menggunakan jasa rekan se negara mereka. Sehingga warga lokal tidak mendapat peluang di negaranya sendiri. 

Para penduduk berpendapat bahwa masalah yang terjadi di Bali akibat dari masyarakat kita sendiri. Yang menjajah bukanlah turis, namun orang Bali itu sendiri. Mereka bisa menjajah karena kita yang memberi kesempatan. 

Para turis mudah masuk bahkan tanpa visa on arrival, namun kita sulit ke negara lain karena aturan yang ketat. Bali hanya berfokus pada pariwisata hingga menjual segala tanahnya pada WNA. Pemerintah juga memberikan perizinan yang mudah agar WNA dapat membuka usaha. 

Kita yang terlalu ‘mendewakan’ para turis hingga mereka tidak menghormati kita. Ramah tamah adalah budaya kita, dan itu adalah sifat turun temurun yang sangat penting. Namun tegas adalah kewajiban agar kita tidak dipandang lemah dan dihargai. Jika kita menormalisasikan setiap kesalahan kecil yang dilakukan WNA, maka mereka tidak akan pernah menjaga sikapnya. 

Penulis Meyzafira Rayi Yuspatika
Administrasi Publik
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *